BOYOLALI-mediajatengindonesia.com-
Masyarakat Boyolali pada umumnya merayakan tradisi Sadranan Sebelum Masuk Bulan Ramadhan, mereka menggelar tradisi membersihkan makam leluhur dan berziarah kubur dengan prosesi penyampaian doa dan kenduri, seperti halnya yang dilakukan oleh segenap warga di Cabeankunti Cepogo Boyolali (21/02/2025).
"Sadranan sesuai dengan jadwal yang disepakati dilaksanakan warga setempat, kenduri syukuran berujud aneka makanan dalam tenong dan nasi tumpeng menjadi tradisi rutin yang dilaksanakan setiap tahun pada pertengahan bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa atau menjelang datangnya bulan Ramadhan, tradisi ini dikenal dengan tradisi istilah Nyadran, kegiatan sadranan sendiri masih terus terjaga dan terus berlangsung dari dulu, hingga sekarang, seperti halnya di Desa Cabeankunti, Cepogo, Boyolali, bahkan bisa dikatakan lebih rame daripada Hari Raya Idul Fitri Atau lebaran." kata Ngabdul salah seorang warga Cabeankunti, Cepogo, Boyolali.
Senada dengan Ngabdul, hal tersebut dibenarkan Agung seorang warga yang kebetulan juga ikut Sadranan di Desa Cabeankunti, dikatakan "Bagi masyarakat Kecamatan Cepogo, tradisi ini memiliki kedudukan yang penting layaknya lebaran, warga perantauan menyempatkan pulang kampung, ketika tradisi ini digelar untuk melakukan Nyadran, biasanya tradisi diawali pada pagi hari dengan berziarah membawa tenong (penyimpan makanan) dari anyaman bambu, maupun bakul atau wadah berbahan seng, seusai berdoa, dilanjutkan makan bersama, dan setiap orang dipersilakan untuk mengambil makanan yang tersedia di tenong tersebut. Setelahnya, warga akan menggelar open house, dirumah masing-masing, membuka pintu untuk umum bersilaturahmi dan menikmati jamuan makan dengan hidangan lokal, dan wajib mencicipi bila mampir ke rumah warga." paparnya.
Lurah Desa Cabeankunti mengatakan “Ada sebagian kepercayaan warga, jika tenong mereka habis disantap warga, juga semakin banyak tamu yang datang dan menyantap makanan mereka, maka rejeki di tahun depan akan semakin lancar dan berkah,
Khamid Winarti saat ditemui dirumahnya, seusai nyadran di pemakaman Desa menerangkan, mulai tahun ini Pemerintah Kecamatan Cepogo menyatukan tradisi sadranan dengan membuat acara pembukaan sadranan 15 Desa se-Kecamatan Cepogo dengan nama "Grebeg Nyadran" Acara tersebut diawali dengan arak-arakan tenong sebanyak 315 tenong dan 45 Tumpeng serta 7 gunungan hasil bumi dan 7 gunungan makanan khas yang di arak oleh 15 desa masyarakat Cepogo." jelasnya
Lebih lanjut " Tenongan tersebut terbagi dua kelompok atau arah yakni arah barat dari Desa Wonodoyo, Jombong, Gedangan, Sukabumi, Genting, Cepogo, Kembangkuning dan Gubug, sedangkan dari arah timur dari Desa Sumbung, Paras, Mliwis, Jelok, Bakulan, Candigatak dan Cabeankunti. Sementara untuk “Acara inti yakni doa dan membacakan jadwal sadranan 15 Desa, diharapkan hal ini menjadi festival tahunan berupa kenduri tenong, gunungan hasil bumi dan makanan khas tersebut, serta utamanya doa bersama agar Cepogo senantiasa menjadi daerah yang makmur, adil dan sejahtera,” ungkapnya.
Selama ini tradisi sadranan berlangsung di 15 Desa se Kecamatan Cepogo sesuai dengan waktu yang disepakati masyarakat di masing-masing dusun atau Desa, untuk Cabeankunti sendiri Sadranan tidak hanya dihadiri oleh warga setempat, tetapi juga warga Desa sekitar, sanak saudara, kerabat bahkan warga dari luar kabupaten hadir untuk Nyadran disini, Cabeankunti, Cepogo, Boyolali." pungakasnya.
Sedari pagi hingga malam rumah-rumah warga akan terus dibanjiri oleh tamu-tamu dari berbagai kalangan dan dari berbagai daerah, sebab semakin banyak tamu dan saudara yang hadir maka dipercaya akan membawa berkah tersendiri bagi mereka, disamping juga menyambung tali silaturahmi.
( Pitut Saputra )